Alhamdulillah Terimakasih Doanya :)




Friday, September 16, 2011

Inilah nenek moyang Blackberry, Iphone, dan smartphone lainya


Saat ini, ponsel menjadi sebuah kebutuhan yang tidak lagi digunakan sebatas untuk menelpon atau mengirim pesan pendek atau SMS. Dengan semakin berkembangnya teknologi digital, fungsi ponsel kini berkembang dalam memenuhi kebutuhan komunikasi melalui internet dan sejumlah aplikasi hiburan.


Produsen ponsel pun kini terus mengembangkan produksi smartphone. Tak hanya itu, sejumlah perusahaan raksasa di bidang teknologi informasi pun menjadikan pasar smartphone bergairah dengan persaingannya dalam mengembangkan sistem operasi penunjang smartphone.

Padahal, bila dibandingkan smartphone yang ada saat ini, smartphone pertama yang dibuat bisa dibilang jauh sederhana. Memulai debutnya pada tahun 1993 di konferensi Wireless Sedunia, Perusahaan BellSouth Cellular meluncurkan IBM Simon sebagai smartphone pertama di dunia.

Seperti dikutip dari laman Mashable, berat smartphone pertama ini hanya sekitar 1 pon atau 0,5 kilogram. IBM Simon merupakan cikal bakal PDA-phone yang menggunakan layar sentuh LCD (LCD touchscreen).

Smartphone pertama ini juga menjadi ponsel pertama yang tak memiliki tombol pijat dan menggunakan layar sentuh dengan bantuan stylus. Selain itu, ponsel ini juga memiliki on-screen keyboard QWERTY.

Saat pertama diluncurkan, Simon dipromosikan sebagai ponsel yang fungsinya lebih dari sekedar suara. Simon diperkenalkan sebagai perangkat canggih yang menggunakan teknologi wireless dan bisa berfungsi sebagai pager, mengirim email, kalendar, buku agenda, buku alamat, kalkulator, hingga membuat sketsa elektronik.

Saat itu, Simon dipasarkan dengan harga sekitar US$899 atau sekitar Rp8 juta. Jelas harga ini jauh lebih mahal dari harga sebuah iPhone, BlackBerry, atau smartphone berbasis Android yang dijual saat ini.

Simon hanya diproduksi sebanyak 2.000 unit. Dengan terbatasnya produksi Simon, tak heran jika saat ini Simon menjadi incaran para kolektor

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar yang sopan. Kritik untuk tujuan membangun.